PERUBAHAN SOSIAL & BUDAYA DALAM BERKOMUNIKASI
Ilmu Sosial Budaya (SoftSkill)
Disusun Oleh :
Rinaldi Farhan R | 56416432 | 1IA20
Dosen :
Edi Fakhri
BAB 1.
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap masyarakat mengalami perubahan sepanjang masa. Perubahan itu ada yang samar, ada yang mencolok, ada yang lambat, ada yang cepat, ada yang sebagian atau terbatas, ada yang menyeluruh. Perubahan dapat berupa pergeseran nilai sosial, perilaku, susunan organisasi, lembaga sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan dan wewenang dan sebagainya. Semua perubahan itu ada yang maju (progress) dan ada yang mundur (regres)
Perubahan sosial sendiri menurut Gilin dan Gilin dapat diartikan sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup karena perubahan-perubahan yang telah diterima baik karena perubahan kondisi geografis kebudayaan material, komposisi penduduk, ideology maupun karena adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat tersebut (Jefta Leibo, 1995).
Kini perubahan sosial mengalami kemajuan pesat berkat kemajuan sains dan teknologi, khususnya media massa yang mampu meniadakan batas territorial. Secara umum perubahan social yang kini dialami manusia disebut era modernisasi. Dalam proses modernisasi tercakup transformasi total dari tradisional kearah pola ekonomis dan politis. Manusia berusaha menguasai ruang dan waktu melalui berbagai peralatan hidup berupa teknologi canggih.
Komunikasi merupakan usaha penyampaian informasi kepada manusia lainnya. Tanpa komunikasi tidak akan terjadi interaksi sosial. Dalam komunikasi sering muncul berbagai macam perbedaan penafsiran terhadap makna suatu tingkah laku orang lain akibat perbedaan konteks sosialnya. Komunikasi menggunakan isyarat-isyarat sederhana adalah bentuk paling dasar dan penting dalam komunikasi. Karakteristik komunikasi manusia tidak hanya menggunakan bentuk isyarat fisik, akan tetapi juga berkomunikasi mengunakan kata-kata yaitu simbol-simbol suara yang mengandung arti bersama dan bersifat standar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian komunikasi dan budaya ?
2. Apa pengaruh factor budaya dalam berkomunikasi ?
3. Bagaimana memberdayakan faktor budaya untuk keefektifan komunikasi ? 4. Apa implikasi faktor budaya dalam komunikasi bagi BK ?
2. Apa pengaruh factor budaya dalam berkomunikasi ?
3. Bagaimana memberdayakan faktor budaya untuk keefektifan komunikasi ? 4. Apa implikasi faktor budaya dalam komunikasi bagi BK ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian komunikasi dan budaya .
2. Mengetahui pengaruh faktor budaya dalam berkomunikasi .
3. Mengetahui bagaimana memberdayakan faktor budaya untuk keefektifan berkomunikasi. 4. Mengetahui Apa implikasi faktor budaya dalam komunikasi bagi BK ?
2. Mengetahui pengaruh faktor budaya dalam berkomunikasi .
3. Mengetahui bagaimana memberdayakan faktor budaya untuk keefektifan berkomunikasi. 4. Mengetahui Apa implikasi faktor budaya dalam komunikasi bagi BK ?
BAB. II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN BUDAYA DAN KOMUNIKASI.
Untuk dapat mengetahui kaitan budaya dalam berkomunikasi didalam pembahasan ini terlebih dahu akan kami uraikan definisi dari budaya dan komunikasi.
Untuk dapat mengetahui kaitan budaya dalam berkomunikasi didalam pembahasan ini terlebih dahu akan kami uraikan definisi dari budaya dan komunikasi.
*Pengertian Budaya
Koentjoroningrat dudaya adalah “segala hasil daya cipta rasa dan karya manusia yang dijadikan milik dirio seseorang dalam masyarakat dengan cara belajar .
( Koentjoroningrat 1988 ) kebudayaan diartikan sebagai wujutnya, yaitu mencakup keseluruhan dari : (1) gagasan,(2) kelakuan; dan (3) hasil hasil kelakuan.
Kata budaya dipergunakan dalam berbagai diskursus atau pembahasan dan ini dikarenakan luasnya aspek kehidupan yang disentuh . Murdock (1978) mendeskripsikan budaya dalam tujuh puluh Sembilan ragam asapek kehidupan ,yang oleh Barry (1980) dikategorisasi ulang hingga dapat teringkas menjadi delapan aktivitas kehidupan .
Kedelapan kategori tersebut adalah:
1. Karakteristik umum
2. Makanan dan pakeian
3. Rumah dan teknologi
4. Ekonomi dan transportasi
5. Aktifitas individual dan keluarga
6. Komunitas dan pemerintahan
7. Kesejahteraan ,reliji dan ilmu pengetahuan
8. Seks dan lingkungan kehidupan
Daftar katagori diatas secara jelas menunjukkan betapa kompleksnyabudaya sebagai sebuah konsep. Budaya menyentuh semua aspek kehidupan .
( Koentjoroningrat 1988 ) kebudayaan diartikan sebagai wujutnya, yaitu mencakup keseluruhan dari : (1) gagasan,(2) kelakuan; dan (3) hasil hasil kelakuan.
Kata budaya dipergunakan dalam berbagai diskursus atau pembahasan dan ini dikarenakan luasnya aspek kehidupan yang disentuh . Murdock (1978) mendeskripsikan budaya dalam tujuh puluh Sembilan ragam asapek kehidupan ,yang oleh Barry (1980) dikategorisasi ulang hingga dapat teringkas menjadi delapan aktivitas kehidupan .
Kedelapan kategori tersebut adalah:
1. Karakteristik umum
2. Makanan dan pakeian
3. Rumah dan teknologi
4. Ekonomi dan transportasi
5. Aktifitas individual dan keluarga
6. Komunitas dan pemerintahan
7. Kesejahteraan ,reliji dan ilmu pengetahuan
8. Seks dan lingkungan kehidupan
Daftar katagori diatas secara jelas menunjukkan betapa kompleksnyabudaya sebagai sebuah konsep. Budaya menyentuh semua aspek kehidupan .
*Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan pusat dari seluruh sikap ,perilaku dan tindakan yang trampil dari manusia ( communication involves both attides and skills ). Manusia tidak bisa dikatakan berinteraksi sosial kalau tidak berkomunikasi dengan cara melalui pertukaran informasi ,ide-ide, gagasan,maksud serta emosi yang dinyatakan dalam simbul simbul dengan orang lain.
Komunikasi manusia itu dapt dipahami sebagai interaksi antar pribadi melalui pertukaran simbul simbul linguistik,misalnya simbul verbal dan non verbal. Seperti kata Mehrabian ( 1972 ) 55 % dari komunikasi manusia dinyatakan dalam simbul non verbal , 38% melalui nada suara , dan 7% komunikasi yang efektif dinyatakan melalui kata kata. Simbul simbul itu dinyatakan melalui sistem yang langsung seperti tatap muka atau ( tulisan, visual, aural ). Melalui pertukaran dan simbul simbul yang sama dalam menjelaskan informasi, gagasan dan emosi diantara itulah ,akan lahir kesamaan nama atas fikiran,perasaan dan perbuatan.
Komunikasi merupakan pusat dari seluruh sikap ,perilaku dan tindakan yang trampil dari manusia ( communication involves both attides and skills ). Manusia tidak bisa dikatakan berinteraksi sosial kalau tidak berkomunikasi dengan cara melalui pertukaran informasi ,ide-ide, gagasan,maksud serta emosi yang dinyatakan dalam simbul simbul dengan orang lain.
Komunikasi manusia itu dapt dipahami sebagai interaksi antar pribadi melalui pertukaran simbul simbul linguistik,misalnya simbul verbal dan non verbal. Seperti kata Mehrabian ( 1972 ) 55 % dari komunikasi manusia dinyatakan dalam simbul non verbal , 38% melalui nada suara , dan 7% komunikasi yang efektif dinyatakan melalui kata kata. Simbul simbul itu dinyatakan melalui sistem yang langsung seperti tatap muka atau ( tulisan, visual, aural ). Melalui pertukaran dan simbul simbul yang sama dalam menjelaskan informasi, gagasan dan emosi diantara itulah ,akan lahir kesamaan nama atas fikiran,perasaan dan perbuatan.
2.2 PENGARUH FAKTOR BUDAYA DALAM BERKOMUNIKASI.
Komunikasi pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya masyarakat penuturnya karena selain merupakan fenomena sosial, komunikasi juga merupakan fenomena budaya. Sebagai fenomena sosial, bahasa merupakan suatu bentuk perilaku sosial yang digunakan sebagai sarana komunikasi dengan melibatkan sekurang-kurangnya dua orang peserta. Oleh karena itu, berbagai faktor sosial yang berlaku dalam komunikasi, seperti hubungan peran di antara peserta komunikasi, tempat komunikasi berlangsung, tujuan komunikasi, situasi komunikasi, status sosial, pendidikan, usia, dan jenis kelamin peserta komunikasi, juga berpengaruh dalam penggunaan bahasa.
Sementara itu, sebagai fenomena budaya, komunikasi selain merupakan salah satu unsur budaya, juga merupakan sarana untuk mengekspresikan nilai-nilai budaya masyarakat penuturnya. Atas dasar itu, pemahaman terhadap unsur-unsur budaya suatu masyarakat–di samping terhadap berbagai unsur sosial yang telah disebutkan di atas–merupakan hal yang sangat penting dalam mempelajari suatu komunikasi. Hal yang sama berlaku pula bagi komunikasin di Indonesia. Oleh karena itu, mempelajari bahasa Indonesia–lebih-lebih lagi bagi para penutur asing–berarti pula mempelajari dan menghayati perilaku dan tata nilai sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat Indonesia.
Kenyataan tersebut mengisyaratkan bahwa dalam pengajaran komunikasi, sudah semestinya pengajar tidak terjebak pada pengutamaan materi yang berkenaan dengan aspek-aspek kebahasaan semata, tanpa melibatkan berbagai aspek sosial budaya yang melatari penggunaan bahasa. Dalam hal ini, jika pengajaran bahasa itu hanya dititikberatkan pada penguasaan aspek-aspek kebahasaan semata, hasilnya tentu hanya akan melahirkan siswa yang mampu menguasai materi, tetapi tidak mampu berkomunikasi dalam situasi yang sebenarnya. Pengajaran bahasa yang demikian tentu tidak dapat dikatakan berhasil, lebih-lebih jika diukur dengan pendekatan komunikatif. Dengan perkataan lain, kemampuan berkomunikasi secara baik dan benar itu mensyaratkan adanya penguasaan terhadap aspek-aspek kebahasaan dan juga pengetahuan terhadap aspek-aspek sosial budaya yang menjadi konteks penggunaan komunikasi.
Komunikasi pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya masyarakat penuturnya karena selain merupakan fenomena sosial, komunikasi juga merupakan fenomena budaya. Sebagai fenomena sosial, bahasa merupakan suatu bentuk perilaku sosial yang digunakan sebagai sarana komunikasi dengan melibatkan sekurang-kurangnya dua orang peserta. Oleh karena itu, berbagai faktor sosial yang berlaku dalam komunikasi, seperti hubungan peran di antara peserta komunikasi, tempat komunikasi berlangsung, tujuan komunikasi, situasi komunikasi, status sosial, pendidikan, usia, dan jenis kelamin peserta komunikasi, juga berpengaruh dalam penggunaan bahasa.
Sementara itu, sebagai fenomena budaya, komunikasi selain merupakan salah satu unsur budaya, juga merupakan sarana untuk mengekspresikan nilai-nilai budaya masyarakat penuturnya. Atas dasar itu, pemahaman terhadap unsur-unsur budaya suatu masyarakat–di samping terhadap berbagai unsur sosial yang telah disebutkan di atas–merupakan hal yang sangat penting dalam mempelajari suatu komunikasi. Hal yang sama berlaku pula bagi komunikasin di Indonesia. Oleh karena itu, mempelajari bahasa Indonesia–lebih-lebih lagi bagi para penutur asing–berarti pula mempelajari dan menghayati perilaku dan tata nilai sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat Indonesia.
Kenyataan tersebut mengisyaratkan bahwa dalam pengajaran komunikasi, sudah semestinya pengajar tidak terjebak pada pengutamaan materi yang berkenaan dengan aspek-aspek kebahasaan semata, tanpa melibatkan berbagai aspek sosial budaya yang melatari penggunaan bahasa. Dalam hal ini, jika pengajaran bahasa itu hanya dititikberatkan pada penguasaan aspek-aspek kebahasaan semata, hasilnya tentu hanya akan melahirkan siswa yang mampu menguasai materi, tetapi tidak mampu berkomunikasi dalam situasi yang sebenarnya. Pengajaran bahasa yang demikian tentu tidak dapat dikatakan berhasil, lebih-lebih jika diukur dengan pendekatan komunikatif. Dengan perkataan lain, kemampuan berkomunikasi secara baik dan benar itu mensyaratkan adanya penguasaan terhadap aspek-aspek kebahasaan dan juga pengetahuan terhadap aspek-aspek sosial budaya yang menjadi konteks penggunaan komunikasi.
2.3 MEMBERDAYAKAN FAKTOR BUDAYA UNTUK KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI
Berbagai pendapat, seperti yang dikemukakan oleh Hymes (1971), Canale dan Swain (1980), Saville-Troike (1982:25), Canale (1983), Bachman (1990), menyiratkan kesamaan pandangan bahwa kompetensi komunikatif tidak hanya mencakup pengetahuan tentang bahasa, tetapi juga mencakup kemampuan menggunakan bahasa itu sesuai dengan konteks budayanya. Jadi, kompetensi komunikatif itu tidak hanya berisi pengetahuan tentang masalah kegramatikaan suatu ujaran, tetapi juga berisi pengetahuan tentang patut atau tidaknya suatu ujaran itu digunakan menurut status komunikator dan komunikan, ruang dan waktu pembicaraan, derajat keformalan, medium yang digunakan, pokok pembicaraan, dan ranah yang melingkupi situasi pembicaraan itu.
Pandangan tersebut mengisyaratkan bahwa faktor-faktor budaya yang menjadi konteks penggunaan komunikasi merupakan hal yang perlu diketahui oleh para komunikator agar mereka dapat berkomunikasi secara baik dan benar dalam situasi yang sebenarnya.
Pemberdayaan faktor budaya dalam komunikasi sangatlah penting untuk keefektifan komunikasi sehingga komunikator sebaiknya mempelajari aspek aspek budaya yang menunjang keefektifan komunikasi dengan komunikan,di antaranya sebagai berikut :
1. Benda-benda budaya (artifact)
2. Gerak-gerik anggota badan (kinesics)
3. Adat-istiadat atau kebiasaankebiasaan yang berlaku di masyarakat
4. Sistem nilai yang berlaku di masyarakat
5. Sistem religi yang dianut masyarakat
6. Mata pencarian penduduk
7. Kesenian
8. Pemanfaatan waktu
9. Cara berdiri, cara duduk, dan cara menghormati orang lain
10. Sopan santun, termasuk penggunaan eufemisme
11. Gotong royong dan tolong-menolong
12. Ramah tamah, tegur sapa, basa-basi
13. Jarak fisik ketika berkomunikasi (proxemics)
14. Kontak pandangan mata ketika berkomunikasi
15. Penyentuhan (kinesthesics)
16. Pujian
17. Hal-hal yang tabu dan pantang
Berbagai pendapat, seperti yang dikemukakan oleh Hymes (1971), Canale dan Swain (1980), Saville-Troike (1982:25), Canale (1983), Bachman (1990), menyiratkan kesamaan pandangan bahwa kompetensi komunikatif tidak hanya mencakup pengetahuan tentang bahasa, tetapi juga mencakup kemampuan menggunakan bahasa itu sesuai dengan konteks budayanya. Jadi, kompetensi komunikatif itu tidak hanya berisi pengetahuan tentang masalah kegramatikaan suatu ujaran, tetapi juga berisi pengetahuan tentang patut atau tidaknya suatu ujaran itu digunakan menurut status komunikator dan komunikan, ruang dan waktu pembicaraan, derajat keformalan, medium yang digunakan, pokok pembicaraan, dan ranah yang melingkupi situasi pembicaraan itu.
Pandangan tersebut mengisyaratkan bahwa faktor-faktor budaya yang menjadi konteks penggunaan komunikasi merupakan hal yang perlu diketahui oleh para komunikator agar mereka dapat berkomunikasi secara baik dan benar dalam situasi yang sebenarnya.
Pemberdayaan faktor budaya dalam komunikasi sangatlah penting untuk keefektifan komunikasi sehingga komunikator sebaiknya mempelajari aspek aspek budaya yang menunjang keefektifan komunikasi dengan komunikan,di antaranya sebagai berikut :
1. Benda-benda budaya (artifact)
2. Gerak-gerik anggota badan (kinesics)
3. Adat-istiadat atau kebiasaankebiasaan yang berlaku di masyarakat
4. Sistem nilai yang berlaku di masyarakat
5. Sistem religi yang dianut masyarakat
6. Mata pencarian penduduk
7. Kesenian
8. Pemanfaatan waktu
9. Cara berdiri, cara duduk, dan cara menghormati orang lain
10. Sopan santun, termasuk penggunaan eufemisme
11. Gotong royong dan tolong-menolong
12. Ramah tamah, tegur sapa, basa-basi
13. Jarak fisik ketika berkomunikasi (proxemics)
14. Kontak pandangan mata ketika berkomunikasi
15. Penyentuhan (kinesthesics)
16. Pujian
17. Hal-hal yang tabu dan pantang
Pengaruh Faktor Budaya Pada Anak Dalam Komunikasi
Pada dasarnya ketika masih anak anak proses yang paling sering dilakukan adalah kegiatan meniru segala sesuatu yang dilakukan oleh orang dewasa tidak terkecuali dalam hal berkomunikasi. Pengaruh faktor budaya dimana orang tua anak tersebut tinggal sangat mempengaruhi komunikasinya dengan orang lain. Komunikasi pada anak anak akan bisa cepat efektif apabila sejak kecil anak anak sudah diajari cara berkomunikasi yang baik oleh orang tuanya. Jadi faktor budaya dalam berkomunikasi yang sangat mempengaruhi anak anak adalah budaya yang dibawa orang tua dan yang dicontohkan, sehingga akan ditiru oleh anak anak dalam berkomunikasi.
Pada dasarnya ketika masih anak anak proses yang paling sering dilakukan adalah kegiatan meniru segala sesuatu yang dilakukan oleh orang dewasa tidak terkecuali dalam hal berkomunikasi. Pengaruh faktor budaya dimana orang tua anak tersebut tinggal sangat mempengaruhi komunikasinya dengan orang lain. Komunikasi pada anak anak akan bisa cepat efektif apabila sejak kecil anak anak sudah diajari cara berkomunikasi yang baik oleh orang tuanya. Jadi faktor budaya dalam berkomunikasi yang sangat mempengaruhi anak anak adalah budaya yang dibawa orang tua dan yang dicontohkan, sehingga akan ditiru oleh anak anak dalam berkomunikasi.
Pengaruh Faktor Budaya Pada Remaja Dalam Komunikasi
Faktor budaya yang sanagt mendominasi komunikasi remaja adalah faktor budaya pergaulan sehari hari,yaitu budaya lingkungan budaya dimana seorang remaja itu kerap berinteraksi,baik dengan
teman,keluarga,orang yang lebih tua darinya. Kita misalkan saja ada dua remaja yang berasal dari pulau jawa dan daerah yang sama pula,tetapi cara berkomunikasi mereka sangatlah sangat bertolak belakang. Si A penuh sopan santun dengan tutur bahasa yang halus kepada lawan bicaranya,terlebih lagi apa bila lawan bicaranya lebih tua dari dia. Lain lagi dengan si B yng senantiasa berkomunikasi dengan nada kasar dan intonasi tinggi serta tingkah laku yang kurang sopan dan bahkan bisa dikatakan kurang ajar. Setelah dianalisis ternyata lingkungan pergaualan antara keduanya sangatlah berbeda si A sering bergaul dengan remaja yang berada dilingkungan yang baik,yang masih perduli akan sopan santun sedangkan Si B bergaul ditempat sangat tidak kondusif ( lingkungan yang kurang sehat ) dengan remaja lain yang tidak kalah nakalnya dengan dia . oleh karana itulah dapat disimpulkan bahwa faktor budaya yang lebih besar mempengaruhi komunikasi remaja adalah faktor budaya pergaulannya.
Faktor budaya yang sanagt mendominasi komunikasi remaja adalah faktor budaya pergaulan sehari hari,yaitu budaya lingkungan budaya dimana seorang remaja itu kerap berinteraksi,baik dengan
teman,keluarga,orang yang lebih tua darinya. Kita misalkan saja ada dua remaja yang berasal dari pulau jawa dan daerah yang sama pula,tetapi cara berkomunikasi mereka sangatlah sangat bertolak belakang. Si A penuh sopan santun dengan tutur bahasa yang halus kepada lawan bicaranya,terlebih lagi apa bila lawan bicaranya lebih tua dari dia. Lain lagi dengan si B yng senantiasa berkomunikasi dengan nada kasar dan intonasi tinggi serta tingkah laku yang kurang sopan dan bahkan bisa dikatakan kurang ajar. Setelah dianalisis ternyata lingkungan pergaualan antara keduanya sangatlah berbeda si A sering bergaul dengan remaja yang berada dilingkungan yang baik,yang masih perduli akan sopan santun sedangkan Si B bergaul ditempat sangat tidak kondusif ( lingkungan yang kurang sehat ) dengan remaja lain yang tidak kalah nakalnya dengan dia . oleh karana itulah dapat disimpulkan bahwa faktor budaya yang lebih besar mempengaruhi komunikasi remaja adalah faktor budaya pergaulannya.
2.4 MANFAAT MEMPELAJARI FAKTOR BUDAYA DALAM KOMUNIKASI BAGI BK
Sebagai seorang konselor haruslah siap jika seandainya dihadapkan dengan konseli yang berasal dari berbagai daerarh yang mungkin daerah asal konseli tersebut asing bagi seorang tersebut. Oleh karena itu konselor haruslah senantiasa membuka mata akan budaya yang berbeda dengan budaya dirinya,dan senantiasa mengaktualisasi diri dengan mempelajari faktor faktor budaya yang dimiliki oleh konselinya. Tujuan dari konselor mempelajari faktor faktor budaya yang dimiliki konseli antara lain adalah :
1. Agar komunikasi yang kita lakukan dengan konseli berjalan efektif.
2. Agar konselor mudah memberikan layanan yang dibutuhkan oleh konseli.
3. Agar konselor lebih cepat diterima oleh konselinya.
4. Mudah membangun kepercayaan dari konseli.
5. Mencegah salah bersikap atau bertutur kepada konseli yang ditangani.
6. Dapat menimbulkan kesan yang baik untuk konseli dsb.
Sebagai seorang konselor haruslah siap jika seandainya dihadapkan dengan konseli yang berasal dari berbagai daerarh yang mungkin daerah asal konseli tersebut asing bagi seorang tersebut. Oleh karena itu konselor haruslah senantiasa membuka mata akan budaya yang berbeda dengan budaya dirinya,dan senantiasa mengaktualisasi diri dengan mempelajari faktor faktor budaya yang dimiliki oleh konselinya. Tujuan dari konselor mempelajari faktor faktor budaya yang dimiliki konseli antara lain adalah :
1. Agar komunikasi yang kita lakukan dengan konseli berjalan efektif.
2. Agar konselor mudah memberikan layanan yang dibutuhkan oleh konseli.
3. Agar konselor lebih cepat diterima oleh konselinya.
4. Mudah membangun kepercayaan dari konseli.
5. Mencegah salah bersikap atau bertutur kepada konseli yang ditangani.
6. Dapat menimbulkan kesan yang baik untuk konseli dsb.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3. Kesimpulan
Faktor Sosial & Budaya sangatlah penting dan berpengaruh besar dalam komunikasi. Agar informasi yang disampaikan komunikator dapat diterima dengan baik oleh komunikan hendaknya sedikit banyak komunikator mengerti latar belakang budaya komunikan. Demikian juga konselor agar proses konseling dapat berjalan sesuai harapan maka hendaknya konselor benar benar mempelajari faktor budaya yang dimiliki konselinya. karena inti dari komunikasia adalah adanya kesamaan topik dan keselaarasan persepsi tentang apa yang informasikan dari komunikator kepada komunikasi
Faktor Sosial & Budaya sangatlah penting dan berpengaruh besar dalam komunikasi. Agar informasi yang disampaikan komunikator dapat diterima dengan baik oleh komunikan hendaknya sedikit banyak komunikator mengerti latar belakang budaya komunikan. Demikian juga konselor agar proses konseling dapat berjalan sesuai harapan maka hendaknya konselor benar benar mempelajari faktor budaya yang dimiliki konselinya. karena inti dari komunikasia adalah adanya kesamaan topik dan keselaarasan persepsi tentang apa yang informasikan dari komunikator kepada komunikasi
Daftar Pustaka :
Waluya, Bagja. Sosiologi 3. 2009. Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat Untuk Kelas XII. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas.
Veeger, Karel J, dkk. 1997. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Victory Jaya Abadi.
A.W Widjaja. 1986. Komunikasi: Komunikasi dan hubungan Masyarakat.Jakarta:Bina Aksara https://lutfifauzan.wordpress.com/2009/11/11/faktor-budaya-dalam-komunikasi/ http://rizqiriz.blogspot.co.id/2012/11/komunikasi-lintas-budaya-dan-perubahan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar